Welcome in Rasyid Blog

Membaca Adalah cara dimana dunia ada pada genggaman anda..
Jadi Teruslah membaca..
Semoga dapat bermanfaat bagi anda..

A-CHIED ANGKOTASAN

Senin, 26 November 2012

SEPERTI APAKAH, TEKNIK SIPIL ITU.?

Apa Itu Teknik Sipil?
Teknik Sipil adalah suatu disiplin ilmu keteknikan/rekayasa yang berkaitan dengan perencanaan, konstruksi, dan perawatan struktur tertentu, serta merenovasi tidak hanya suatu bangunan dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.

Selain cakupan bidang di atas, ahli Teknik Sipil juga dapat berkecimpung di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir, dan bencana lainnya. Peran ahli Teknik Sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.

Apa Saja Yang Dipelajari di Teknik Sipil?
Pada prinsipnya ilmu yang banyak dipelajari pada Teknik Sipil berkaitan dengan ilmu fisika terapan, terutama ilmu mekanika. Selain mempelajari ilmu-ilmu teknis untuk keperluan merancang, membangun dan memelihara struktur bangunan, mahasiswa juga akan mempelajari berbagai aspek manajemen konstruksi bangunan seperti mengelola pelaksanaan konstruksi dengan baik (mengatur jadwal kerja, mengatur pekerja, bahan dan peralatan), sesuai dengan prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas dalam pengunaan berbagai sumber daya, serta tetap menjaga dan memenuhi ketentuan lingkungan. Terdapat beberapa bidang kelompok keahlian/keilmuan yang dapat dipilih oleh mahasiswa Teknik Sipil diantaranya adalah: Struktural, Geoteknik, Manajemen Konstruksi, Hidro dan Lingkungan, Transportasi, dan Informatika Teknik Sipil.

Prospek Lulusan Teknik Sipil
Jenis-jenis pekerjaan yang merupakan peluang pasar kerja lulusan Teknik Sipil antara lain adalah:
  1. Bidang Pembangunan Infrastruktur. Seorang lulusan Teknik Sipil dapat berprofesi sebagai konsultan atau sebagai kontraktor yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan.
  2. Bidang Pemerintahan. Peluang lainnya adalah bekerja sebagai pegawai dalam bidang pengaturan dan kebijakan di instansi pemerintahan, seperti di Departemen dan Dinas PU, PMU-Bina Marga, Departemen ESDM, Dinas Tata Kota & Pertamanan di Tiap Propinsi, Bapenas, Bapeda dll.
  3. Bidang Industri Energi, Pertambangan dan Pengolahan. Lulusan Teknik Sipil dapat bekerja sebagai staf/manager pemasaran, Manager dan CEO (Chief Executive Officer), Quality Auditor dan Quality Assurance Manager, untuk perusahaan properti dan pabrik bahan konstruksi di berbagai perusahaan di lingkungan industri migas, pertambangan, dan pengolahan seperti Pertamina, Schlumberger, PLN, Freeport, INCO, Pupuk Kaltim dll.
  4. Bidang Pendidikan. Seorang lulusan Teknik Sipil dapat menjadi pengajar/peneliti di perguruan tinggi/lembaga pendidikan atau di pusat-pusat penelitian.
  5. Bidang lainnya. Lulusan Teknik Sipil juga mempunyai kemampuan yang cukup bersaing untuk bekerja di berbagai bidang non-keteknikan, seperti perbankan dan asuransi, notaris, atau berkarier di bidang-bidang lainnya.

KEMBALIKAN MARTABAT ENGINEER


Dalam mengisi pembangunan bangsa ini, tugas seorang engineer sesungguhnya adalah sangat mulia.Mereka motor membangun gedung dan rumah-rumah tempat orang banyak berteduh, membangun jembatan-jembatan untuk memperpendek jarak dari daerah ke daerah, serta membangun jalan-jalan agar mudah ditempuh. Dalam keyakinan kita, membuang kulit pisang di jalan saja sudah banyak pahalanya.

Apalagi membagun badan jalannya!Tugas mulia itu, kini telah bergeser. Seharusnya engineer sebagai “penentu” hasil akhir pembangun,kini berubah menjadi yang “ditentukan”. Yang seharusnya menjadi “motor”, kini telah berubahmenjadi roda atau ban. Yang seharusnya menjadi “kepala kucing”, kini telah berubah menjadi “ekor singa”. Jadi! Tidak heran, banyak gedung-gedung dan rumah-rumah yang retak, miring, bahkan ada yang rubuh sebelum digunakan. Banyak jembatan-jembatan yang gagal, turun dan retak, padahal baru tiga hari selesai dibangun. Sangat banyak jalan-jalan yang berlubang, aspal yang hancur dan penuh dengan kubangan air, padahal jalan tersebut belum diserah-terimakan.

Kembalikanlah martabat engineer! Kembalilah melaksanakan tugas yang mulia. Pantaskah, seorang engineer menaikan atau meng-mark-up harga satuan pembangunan dalam Rencana Anggran Biaya (RAB)? Sehingga suatu proyek yang nilai satu miliar bisa menjadi satu setengah atau dua miliar. Haramkah, seorang engineer meng-mark-up volume-volume material dalam pembangunan jalan? Sehingga bisa menciptakan korupsi dan kolusi berjamaah. Ingat! Orang yang menjual minuman keras, orang yang membelinya, orang yang menyediakan gelas, orang yang mnuangkan, dosanya sama dengan orang yang meminumnya. Sama-sama, Neraka.

Sebagai penutup saya kembali mengutip pernyataan yang menarik dari Said Dadu (Ketua Persatuan Insinyur Indonesia dalam majalah Techno Konstruksi Edisi 28: 13). “Bedanya engineer dengan bukan engineer adalah, kalau engineer selalu berpikir tentang nilai tambah, kalau non engineer berpikir value creation (rekayasa nilai). Sebagai contoh, harga kopi adalah biaya produksi untuk menjadikan kopi ditambah marjin keuntungan. Jika biaya produksi kopi Rp. 1.000 tetapi bisa dijual Rp. 10.000 kenapa tidak, itu bukan engineer. Jika harga kopi Rp. 1.000 diterima dipasar karena kemahalan, maka engineer akan berfikir mencari teknologi yang bisa menekan harga produksi kopi lebih rendah lagi agar bisa dijual di bawah Rp. 1.000.”

Semoga para engineer bisa kembali kepada fitrahnya dalam melaksanakan tugas yang mulia untuk mengisi pembangunan bangsa ini. Berperan sebagai motor pembangunan, bukan sebagai roda-roda gila yang mengilas jasad-jasad masyarakat miskin. Berperan sebagai penetukan hasil akhir pembangunan, bukan sebagai wadah dan lahan berkolusi, berkorupsi buat para koruptor- koruptor atau buat para penghianat bangsa ini. Semoga

ENGGINER COPY PASTE



Diceritakan tentang seorang pria kerdil yang ikut menyaksikan sebuah opera di sebuah panggung  terbuka. Panggung tersebut dipenuhi banyak orang, sampai-sampai seorang penonton yang kerdil tak dapat menyaksikan pertunjukan. Anehnya, ia selalu ikut tertawa, tepuk tangan, dan lain sebagainya  seperti dilakukan oleh penonton yang dapat menyaksikan pertunjukkan secara langsung. Setelah petunjukkan selesai, usut punyai usut, ternyata orang kerdil itu sama sekali tidak mengerti cerita yang dipentaskan tadi. Ia hanya ikut-ikutan perilaku penonton lain. Langkah tersebut ia tempuh lantaran khawatir dicemooh tidak mengerti jalannya petunjukkan.

Kisah orang kerdil menonton opera (Andrew Ho, 2008) ini tepat untuk melukiskan seseorang engineer yang tidak memahami, tidak mengerti bidang engineering yang diembannya, tetapi berlagak seolah-olah sangat paham akan disiplin ilmunya dengan cara meniru atau disebut dengan ”duplikasi”. Tipe manusia kerdil yang sekedar memanfaatkan gelar kesarjanaan untuk mengelabuhi orang banyak dalam melaksanakan banyak proyek seperti ini, dapat kita sebut dengan ”Engineer Copy Paste”.

Tidak sedikit sarjana copy paste tipe manusia kerdil menonton opera ini berpraktek, lebih dari itu bahkan manusia tipe ini dengan kehebatan meniru tanpa perhitunganlah yang banyak menguasahi dunia bisnis diberbagai bidang. Misalnya, tidak sedikt dunia Jasa Kontruksi di daerah kita telah dikuasai engineer-engineer tipe ini. Dalam hal merancang bangunan konstruksi bangunan mereka meng-copi paste desain struktur bangunan lain, menciplak hasil karya orang lain tanpa rasa tanggungjawab akan bahaya kegagalan struktur,  atau malahan sebaliknya terjadi over dosis biaya struktur bangunan karena sekedar meniru tanpa perhitungan.

Dibidang pengawasan atau supervisi tipe engineer copy paste akan berlagak sebagai pengawas yang serba tahu, bertindak seperti ”Cowboy” kehilangan pistol. Mereka tidak mengawasi jalannya pembangunan proyek dengan baik, malahan tidak segan-segan mengancam minta bangunan yang telah dibangun untuk dibongkar kembali karena ulahnya jua. Tanpa disadari engineer copy paste inilah akan merusak nama dan keprofesionalan rekan engeneer-engineer lainya, yang mau bekerja keras kompeten pada bidangnya.

Coba lihat disekitar kita, coba ingat-ingat. Bila kita dengar gelar ”Insinyur” bangunan pada tahun 80-an di Pekanbaru,  terbayanglah seseorang yang ahli, pakar, serba bisa dan dapat dipastikan profesinya adalah dalam bidang hal rancang bangun. Pada saat itu jarang-jarang bahkan sulit menemui orang yang bertitel insinyur, karena gelar ini memang susah diperoleh (ada yang sampai memakan waktu belasan tahun) dan kebanyakan mereka yang bertitel insinyur pun memang benar-benar tahan uji.

Saat ini, banyak yang bergelar sarjana teknik  profesinya tidak lagi berkecimpung dibidang rancang bangun. Mereka berprofesi juru ketik, pedagang (buka kedai), dan menekuni bidang-bidang bisnis lainya. Yang hebatnya lagi, banyak  sarjana teknik berprofesi sebagai juru jiplak-menciplak dalam urusan rancang bangun.

Sering dijumpai rancangan-rancangan struktur bangunan gedung bertingkat yang prototip seperti pelat lantai, balok lantai (floor beam), kolom dan pondasi. Padahal struktur balok dan kolom hampir tidak pernah ada yang prototip satu gedung dengan gedung lainnya, karena besar dimensi pelat, balok dan kolom disamping tergantung beban juga tergantung bentang serta mutu material struktur bangunannya. Apalagi struktur pondasi, sangatlah mengherankan apabila ada struktur pondasi yang benar-benar prototip antara satu bangunan dengan bangunan lainnya. Dimensi struktur pondasi bukan hanya ditentukan oleh beban, bentang, dan mutu struktur saja, tetapi lebih dari itu dimensi pondasi juga sangat ditentukan oleh tanah dasar pendukung yang sangat heterogen sekali.

Apabila rancang-bangun ditangani oleh engineer copy paste, ini alamat kehancuran akan segera datang. Bukan hanya pemborosan dan kehancuran bangunan saja yang terjadi, tetapi lebih dari itu, bisa menelan korban jiwa manusia. Sebaiknya, engineer copy paste ini segera menghentikan mal prakteknya, karena bukan hanya terjadi kerugian pada orang lain, tetapi juga diri sendiri.

Engineer copy paste biasanya berasal dari mahasiswa copy paste pada saat mereka menuntut ilmu di perguruan tinggi. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap mahasiswa yang menuntut ilmu cenderung ingin cepat selesai, dengan cara yang mudah untuk mengdapatkan hasil yang maksimal. Tak bisa dipungkiri juga bahwa kebanyakan mahasiswa pun mempergunakan ilmu pandai-pandai, membuat tugas dengan  meminjam file (soft copy) kawananya. Cukup dengan copy paste dan sedikit diedit,  hanya mengganti obyeknya saja agar tugas dapat diselesaikan. Bukankah begitu, hai ”mahasiswa”?

Pengalaman penulis selama bertahun-tahun membimbing tugas akhir mahasiswa teknik sipil menemukan bahwa dalam menyusun tugas akhir, tak jarang ilmu copy paste ini digunakan oleh mahasiswa yang  malas berfikir, enggan bekerja keras. Copy paste digunakan sebagai jurus utama yang paling ampuh dalam melakukan penelitiannya dan membohongi publik. Sehingga selalu mencari judul-judul yang sudah ada contohnya dan lengkap dengan soft copy-nya, agar dapat mereka edit hanya obyek penelitian saja. Sering terjadi bila lokasi penelitian dalam tugas akhirnya adalah di Kota Pekanbaru,  masih berlokasikan di kota lain karena lupa diedit. Sehingga menghasilkan sebuah tugas akhir copy paste yang serba cepat dan isinya yang tak dipahami oleh si-mahasiswa peneliti sendiri.
Hebat, bukan?

Melalui artikel ini kita berharap bisa menghilangkan kebiasaan buruk copy paste yang ada disekitar kita.  Karena mal praktek ini tidak hanya merusak kopentensi juga melanggar Hak Intelektual orang lain (HAKI). Semoga kita semua bisa membuang kebiasaan jelek copy paste itu, tidak seperti Pria kerdil yang sedang menonton opera, semoga. ***

PENCURIAN PENIPUAN PADA BANGUNAN SIPIL







Isi artikel ini adalah kutipan kembali artikel opini yang pernah saya tulis beberapa tahun yang lalu dengan judul “Akal-Akalan Kontraktor Nakal” untuk disajikan kembali ke hadapan pembaca yang budiman. Artikel yang saya salin ulang ini, saya beri nama baru yakni “Pencurian dan Penipuan pada Bangunan Sipil”, karena isi artikel ini kayaknya masih relevan dengan kondisi sekarang. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua! Selamat mengikuti.

Julukan modern abad kini; kontraktor makan besi, beton, krikil, ataupun aspal, sudah tak asing lagi didengar di telinga kita. Izinkalah saya kembali meminjam kata-kata dari Ir. Andy Kirana, M.S.A, yaitu ungkapan umum yang menyakitkan dan sering dilontarkan adalah ”Kontraktor itu pencuri’ atau ”Konsultan itu penipu”. Mengapa demikian? Kembali ke konteks citra buruk bisnis konstruksi tersebut, maka ungkapan tersebut tidaklah berlebihan, apabila masih ada segelintir kontraktor yang terus berusaha untuk mencuri material bangunan.

Kata orang, ”secerdik-cerdiknya polisi”, namun lebih cerdik lagi si pencuri, yang konon katanya lebih cerdik dan lebih nakal dari pada si kancil pada cerita anak-anak. Mencuri material bangunan tidak mudah, karena di samping takut ketahuan, mereka harus mempunyai dan menguasai berbagai teknik akal-akalan yang tidak terpuji, belum lagi mereka harus berhadapan dengan hukum akibat kegagalan bangunan. Dari nara sumber yang sangat menyakinkan yaitu versi ”si-Usil” dari kedai kopi, mengupas tuntas tentang bagaimana akal-akalan kontraktor nakal dan cara mencuri material bangunan.

Dengan teknik perlahan tapi pasti, hampir semua bidang proyek pekerjaan sipil bisa disusupi dengan mudahnya. Proyek konstruksi jalan misalnya; sudah berapa ribu-ribu kubik tanah timbun dimakan, hanya dengan mengeser patok tetap (BM). Mudah sekali, cukup dengan menekan sedikit patot BM sudah dapat meng-uap-kan ribuan kubik tanah timbun, celakanya semua ini bisa tertata rapi, didukung oleh Shop Drawing dan Asbuilt Drawing, yang diiringi oleh berita acara pemeriksaan yang seolah-oleh memang sesuai benar dengan prosedur.

Aspal (Hot-mix) yang berwarna hitam legam mungkin rasanya manis juga, karena konstruksi aspal yang kelihatan sulit dipermainkan pun bisa diakal-akalin untuk dimakan.  Untuk mencapai kepadatan tertentu dalam penghamparan aspal ini, persyaratannya harus dilakukan pada temperatur sekian sampai temperatur sekiannya (temperatur tertentu). Dengan memainkan temperatur di bawah dari yang disyaratkan, tentu akan diperoleh volume aspal jadinya yang lebih besar, yang konon kata si-Usil bisa mencuri 10 sampai 30 persen aspal.  Hal ini terjadi bisa juga dengan mengakal-akalin terjadinya perbedaan temperatur antara lokasi pembuatan yang disebut dengan AMP, dengan lokasi penghamparan di mana konstruksi jalan dikerjakan.

Terutama di Pekanbaru pemakaian besi banci, kayu banci, batu bata banci, dan material bangunan lainnya yang serba banci sudah menjadi hal yang lumrah. Sudah berapa banyak material besi yang dimakan, karena menggunakan besi banci. Jangan dianggap sepele akibat pengurangan beberapa milimeter dari diameter besi yang digunakan, karena yang dikurangan adalah diameter bagian luar (out side), maka pengurangan beberapa milimeter itu akan sama dengan pengurangan sekian puluh persen besi dari material besi itu. Bayangkanlah, bagaimana caranya memakan besi beton tajam dan keras ini yang jumlahnya sampai ratusan ton? Luar biasa!

Rupanya beton bisa juga dimakan orang. Pencurian volume beton pada pembuatan jalan setapak misalnya, sisi tepi kiri kanan dibuat sesuai dengan gambar, malahan kadang-kadang sengaja dilebihkan, tetapi pada bagian dalam atau sisi tengahnya dibuat setipis mungkin. Tidak berbeda dengan pekerjaan pengecoran dinding saluran, pada bagian tanggul dibuat sesusai bestek, tetapi pada bagian dinding yang sulit diukur dibuat setipis mungkin. Yang lebih menyedihkan, adalah pekerjaan pembesian tanggul parit pada daerah pelosok, atau daerah yang sepi penghuninya. Besi tanggul bisa ditarik-tarik seiring dengan pekerjaan pengecoran beton tanggul, sehingga rangkaian besi yang panjangnya sepuluh meter bisa dipergunakan untuk pengecoran tanggul yang berpuluh-puluh meter panjangnya.

Begitu juga pada pekerjaan saluran irigasi, pembuatan saluran-saluran primer sampai dengan tersier juga tidak jarang terjadi pencurian spesifikasi, sehingga sudah berapa banyak jaringan irigasi yang tak dapat berfungsi dengan baik. Pada saluran yang gampang dipantau oleh tim pemeriksa dibuat sedemikian bagusnya, tetapi bagaimana dengan area-area yang sulit dijangkau pemeriksa? Mereka kerjakan dengan sesuka hati, kalau perlu hanya dengan satu skop excavator saja, yang penting airnya dapat mengalir dengan tidak memperhatikan debit air yang akan dialiri.

Sebenarnya semua ini tidak perlu terjadi, apabila si pengawas konstruksi bekerja sesuai dengan apa semestinya menurut tugas yang diberikan. Pengawas yang baik sadar bahwa, mereka telah dibayar untuk mengawasi bangunan-bangunan yang dibangun dari uang rakyat. Bagaimana dengan Pimpro yang arif? Dia tidak akan meminta komisi yang konon besarnya bisa mencapai 10%, karena dia sadar komisi tersebut pasti berasal dari hasil jarahan di proyek. Kontraktor tidak mungkin bisa berbuat banyak, apabila pihak-pihak yang terlibat konsekuen dengan tugasnya masing-masing.

Meskipun cerita masalah curi-mencuri di atas hanyalah merupakan cerita ”Si-Usil” di kedai kopi, tetapi pada realitanya tidaklah jauh-jauh dari cerita kedai kopi tersebut,  suatu realita yang sulit dibuktikan atau bisa jadi fakta yang enggan dibuktikan. Kalaulah hal ini benar, timbul pertanyaan besar, Apa yang dikerjakan Panitia Lelang? kemanakah konsultan pengawas? Kemanakah tim teknis instansi yang bersangkutan? Apa saja kerja seorang Pimpro? Sampai dimanakah tanggung jawab mereka? Bukankah mereka sudah dibayar untuk tugas tersebut? Dan sampai kapankah hal ini akan terus berlangsung?

Di Tulis oleh : Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U

TEKNIK SIPIL PENGUASA DUNIA


Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.

Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar.

Cabang-cabang ilmu teknik sipil
  • Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya. Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan, jalan, jembatan, terowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan siap digunakan.
  • Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah dan diperkuat dengan penyelidikan laboratorium.
  • Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan bangunan tersebut selesai tepat waktu.
  • Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air (berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai dsb), hidrolika (sifat material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air seperti pelabuhan, irigasi, waduk/bendungan(dam), kanal.
  • Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan udara hingga teknik penyehatan.
  • Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udara, terminal, stasiun dan manajemennya.
  • Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau Penelitian. Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan Struktur Bangunan (Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air tanah atau limbah, pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic information system).
Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.

Perbedaan dari arsitek, terletak pada posisi ahli teknik sipil dalam sebuah proyek. Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek.

Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis.

Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran ahli teknik sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.

JERITAN HATI SEORANG INSINYUR



Oleh : Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U. (Pengamat Perkotaan/Dosen Magister Teknik Sipil UIR)


            “Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya merupakan hal yang niscaya untuk mengahasilkan kemaslahatan?” Mungkin. Atau entah. Yang jelas bagiku kecurangan besar maupun kecil yang terjadi di proyek ini pasti akan mengurangi kesungguhan, bahkan mengkhianati tujuan dasarnya. Dan hatiku tak bisa menerimanya.

            Mungkin jeritan hati yang dialami Kabul dalam pembangunan proyek jembatan di sebuah desa ini pada jamannya, juga dirasakan oleh insinyur-insinyur sekarang yang selalu mengutamakan profesi dan etika di atas kepentingan pribadi. Kisah Kabul yang saya kutip dari sebuah novel tulisan Ahmad Tohari (2002) dengan judul “Orang-Orang Proyek”, bisa dimanisvestasikan untuk insinyur-insinyur jaman kini yang mempunyai hati. Karena jeritan hati hanya buat mereka yang mempunyai hati, bagi mereka yang tak punyai hati tidaklah mungkin hatinya menjerit.

            Bila dahulu. Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah desa di Sungai Cibawor bagi Kabul, seorang insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan sekaligus beban psikologis yang berat. “Permainan” yang terjadi dalam proyek itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Itulah jeritan hati Kabul untuk bisa tetap bertahan, agar jembatan yang baru dibangunnya itu mampu memehuhi dambaan penduduk setempat. Bagaimana dengan sekarang insinyur sekarang?

            Kabul pun mendapat tantangan berat, dimana tiang-tiang pancang jembatan itu menjadi miring dihantam pohon-pohon mahoni besar yang hanyut bersama datangnya air bah. Kerusakan itu membuat kerugian yang cukup besar. Serta memberikan beban batin karena hasil kerja beberapa hari dengan biaya miliaran lenyap seketika. Karena kejadian itu sesungguhnya bisa dihindari bila awal pelaksanaan pembagunan jembatan itu ditunda sampai musim kemarau tiba beberapa bulan lagi. Itulah rekomendasi dari para perancang. Namun rekomendasi itu diabaikan, konon demi mengejar waktu. Maksudnya. Pengusaha yang punyai proyek dan para pemimpin politik lokal mengkehendaki jembatan itu selesai sebelum pemilu 1992. Karena, menurut Kabul, peresmiannya akan dimkanfaatkan sebagai ajang kampaye partai golongan penguasa saat itu. Menyebalkan. Dan inilah akibatnya bila perhitungan teknis-ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik. Karena, kerugian akibat banjir ini bisa menjadikan alasan untuk meminta biaya tambahan, dan hal ini berarti kesempatan baru untuk menggelumbungkan anggaran proyek. Semoga jaman sekarang ini, tidak terulang lagi.

            Hati Kabul pun tertusuk, mendapat sindiran yang justru lebih menghujam dari Pak Tarya, warga setempat sekaligus teman “curhat” sang insinyur muda ini. “ Ah, kami rakyat kecil tahu kok, apa arti pengelumbungan biaya bagi orang-orang proyek”. Pak Tarya ingin mengatakan orang-orang proyek adalah manusia-manusia yang suka main curang. Korup dengan berbagai cara dan gaya. Tapi apakah Pak Tarya salah? Jujur, kabul meresa sindiran halus Pak Tarya lebih banyak benarnya. “Atau benar semuanya bila aku, Kabul ikut-ikutan suika makan uang proyek. Tapi bagaimana meyakinkan Pak Tarya bahwa aku tidak ingin seperti mereka?”   

            Pada suatu dialog lainnya. Pak Tarya mencoba menjawab pentanyaan Kabul; Mengapa beberapa penduduk di sini suka menyuap kuli-kuli untuk, mendapat, atau tepatnya dicurikan semen? Bukankah, selama ini kita menganggap orang kampung lugu, bersih, tidak “melik” terhadap barang orang lain?” He-he-he…., itu dulu, Mas Kabul. Sekarang, lain. Orang-orang kampung menganggap, misalnya mengambil aspal dari pinggir jalan adalah perkara biasa. Bila ketahuan, ya mereka akan membelikan rokok buat pak mandor. Selesai. Atau, mereka tak merasa bersalah karena tahu banyak pagar makan tanaman. Jadi kalau kuli-kuli Anda mencuri semen dan orang kampung jadi penadahnya, apa aneh?.

            Ah, Mas Kabul pura-pura lupa bahwa pada dasarnya kebanyakan orang masih dilekati watak primitif, yakni lebih mementingkan diri sendiri alias serakah. Ada rasa kecut di hati ketika menyadari apa yang dimaksud oleh Pak Tarya bila dirangkai dengan angka kebocoran anggaran proyek yang konon mencapai 30 sampai 40 persen itu. Primitif, mementingkan diri sendiri, serakah. Itulah akar persoalan? Rasanya memang begitu. Dan bila si primitif tadi adalah orang kampung di sekitar proyek yang miskin dan kurang terdidik, harap maklum. Namun kalau si primitif tadi adalah menteri, dirjen, kakanwil, pemki dan setrusnya? Apa mereka tidak mencak-mencak bila dikatakan primitif?

            Tanpa terasa proyek sudah berjalan tiga bulan. Namun karena dimulai ketika hujan masih sering turun, maka progres pekerjaan yang dicapai dirada di bawah target. Menghadapi kenyataan ini Kabul sering uring-uringan. Jengkel karena hambatan ini sesungguhnya bisa dihindari bila pemerintah sebagai pemilik proyek dan para politikus tidak terlalu banyak campur tangan dalam tingkat pelaksanaan.

            Dan campur tangan ini ternyata tidak terbatas pada penentuan awal pekerjaan yang menyalahi rekomendasi para perancang, tapi masuk juga ke hal-hal lain. Poryek ini, dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi. Kabul tahu bagaimana bendaharaan proyek wajib mengeluarkan dana untuk kegiatan partai golongan penguasa. Kendaraan-kendaraan proyek wajib ikut meramaikan perayaan HUT golongan itu. Malah pernah terjadi pelaksana proyek diminta mengeraskan jalan yang menuju rumah seorang ketua partai golongan karena tokoh itu akan punya hajat. Bukan hanya mengeraskan jalan melainkan juga memasang “tarup”. Belum lagi dengan oknum sipil maupun militer, juga oknum-oknum anggota DPRD yang suka minta uang saku kepada bendaharaan proyek kalau mereka mau plesir keluar daerah.

            Dan ternyata orang-orang kampung pun ikut-ikutan nakal. Bila mereka hanya minta ikut memakai kayu-kayu bekas atau meminjam generator cadangan untuk keperluan perhelatan, masih wajar. Tapi kenakalan mereka lebih jauh. Mungkin karena tahu banyak priyayi yang ”ngiwung” barang, uang atau fasilitas proyek mereka pun tak mau ketinggalan. Selain menyuap kuli untuk mendapatkan semen, paku, kawat ikat, mereka juga sering meminta besi potingan, kata mereka, untuk membuat linggis.

            Mandor yang mencatat penerimaan material pun pandai bermain. Dia bisa bermain dengan menambah angka jumlah pasir atau batu kali yang masuk. Truk yang masuk sepuluh kali  bisa dicatat menjadi lima belas kali dan untuk kecurangan ini dia menerima suap dari para sopir

Sabtu, 24 November 2012

Al-Farghani

Al Farghani (Ahli Teknik Sipil Islam Pertama Di Dunia)

Nama Lengkap : Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Kathis al-Farghani

Nama Panggilan : Al Farghani

Nama Terkenal di Eropa : Al Fraganus
Tempat Lahir : Farghana

Masa Hidup : abad ke-9 M pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun

Penemuan:

- Diameter Bumi sebesar 6.500 mil

- Sundial

- Astrolabe

Karya Tulis & Buku :

- Kitab Fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawani Ilm an-Nujum (Elements of astronomy on the celestial motions)

- Construction of Sundial

- Treatise on the Astrolabe.

Buku pertama berisi ulasan lengkap terhadap buku Almagest karya astronom Yunani, Ptolemeus. Buku kedua berisi tentang alat Sundial dan cara pembuatannya. Sedangkan buku ketiga berisi tentang ulasan Astrolabe dan pembuatannya. Buku-buku tersebut kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa non-Arab dan menjadi referensi utama di wilayah Eropa.

Penghargaan :

Salah satu nama kawah di Bulan yaitu ‘Alfraganus Crater’ adalah contoh penghargaan yang diberikan oleh astronom barat untuk mengenang jasanya.

Rabu, 07 November 2012

AGAR ANAK SELALU HIDUP BERSAMA AL QURAN

Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang al-Quran karena ia adalah pedoman hidup manusia.Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan- Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci. (HR ath Thabrani).
Allah SWT berfirman:Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS Al-Isra’[17] :9)
Sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan seolah-olah calon anak kita itu sudah terbiasa “hidup bersama” al-Quran; yakni ketika sang ibu yang mengandungnya, rajin membaca al-Quran.
7M Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran
1. Mengenalkan.
Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orangtua yang lebih suka menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain, apalagi buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik. Mengenalkan al-Quran juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah; bukan mengajarinya membaca, tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A, B, C. D. Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak; lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut. Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.
2. Memperdengarkan.
Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD. Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik pengaruhnya bagi bayi. Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri. Ketika membaca al-Quran, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih khusyuk dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan. Pasalnya, secara teoretis kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan bayi, khususnya perkembangan psikologisnya. Kondisi stres pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada kandungannya. Memperdengarkan al-Qurari bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja; juga tidak mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang belum bisa berbicara, insya Allah lantunan ayat al-Quran itu akan terekam dalam memorinya. Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat al-Fatihah, misalnya, begitu dia bisa berbicara. Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya terbukti memudahkan sang anak menghapalkannya.
3. Menghapalkan.
Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek atau potongan ayat (misalnya fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan sebagainya). Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar kepala. Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Orangtua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak. Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga sering dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik mobil dalam perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat. Nabi saw. bersabda: Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hapalan Al-Qur’an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
4. Membaca.
Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan mendapat satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf. (HR at-Tirmidzi) . Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-Quran. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma beberapa ayat. Orangtua penting memberikan contoh. Jadikanlah membaca al-Quran, utamanya pada pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat magrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Ajaklah anak-anak yang belum bisa membaca untuk bersama-sama mendengarkan kakak-kakaknya yang sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran. Untuk bisa membaca al-Quran, termasuk mengetahui kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah banyak metode yang ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada metode Iqra, Qiroati dan sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti memudahkan ribuan anak-anak bahkan orangtua untuk mahir membaca al-Quran. Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika seorang anak membaca, yang lain menyemaknya. Jika anak salah membaca, yang lain bisa membetulkan.Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan al-Quran sehingga berkahwin.
5. Menulis.
Belajar menulis akan mempermudah anak dalam belajar membaca al-Quran. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak belajar bahasa Arab. Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif, ba, dan dal anak diminta menulis a, ba da (tolong tuliskan Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini juga) artinya mulai; dan sebagainya. Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis. Jika anak memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa diajari lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi. Rangkaian huruf menjadi suku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya kosakata, di samping memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap kata yang diucapkan serta mengembangkan cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf al-Quran semata.
6. Mengkaji.
Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah bisa memimpinnya setelah shalat magrib atau subuh. Paling tidak, seminggu sekali kajian sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema yang ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama satu minggu atau beberapa hari. Kajian bersama, dengan merujuk pada satu atau dua ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana tausiyah untuk seluruh anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa diserahkan kepada anak-anak. Adakalanya anak diminta untuk memimpin kajian. Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada hal-hal yang kurang tepat. Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak menyampaikan isi al-Quran.
7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.
AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia. Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan pahala yang akan diraihnya. Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak. Kepada anak juga bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada al-Quran; ceritakan pula bagaimana mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar al-Quran tegak dalam kehidupan.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Senin, 05 November 2012

Bertambah Hari Muakku Pada Penguasa...

kutapaki pagi disinari mentari panas beberapa derajat. melangkah perlahan berharap tujuan terpenuhi. targetku penuh sekali. kulihat sepanjang jalan sepanjang langkah kaki ini, buah dari ketidakadilan sistem tangan manusia. anak jalanan menenteng lipatan kardus berjalan disamping belasan mobl berplat merah. bapak-bapak berpenghasilan kecil menajajakkan mainan dipinggir jalan demi memenuhi tuntutan kewajiban. wanita2 pamer kehormatan. hatiku hancur, hatiku geram, ingin aku "menampar" wajah penguasa dzalim didepan, dan akan terus kulakukan, sampai akhir waktu.




penguasa ohh.. penguasa..
apa bedanya diriku dan dirimu??
sadarkah? dengarkah? takutkah?

ku rindu sosok pemimpin ummat seperti Umar ra. yang tidak tega memakan makanan enak ketika rakyatnya memakan roti dan minyak samin..

apakah? apakah pemimpin negeri ini rela memakan nasi aking? sama seperti beberapa saudara kami memakannya??

adakah mereka takut pada siksaan Allah swt terhadap para pengkhianat?

sudah cukup sumber daya alam kami di "buang" sia-sia!!
sudah cukup kekayaan kami dijarah mulut-mulut yg mengaku pembela rakyat!!
Sudah cukup kebodohan dipelihara!!
Sudah cukup individualisme dimana-mana!
sudah cukup sekatan negeri-begeri muslim!
Sudah cukup teriakan rakyat meminta hak lahan!
sudah cukup pertahanan kebebasan menjajah wanita!
Sudah cukup kehormatan islam di obok-obok dengan kehadiran thoghut!

Sudah cukup, sudah cukup...

sampai kapan UMMAT TERBAIK??!

AYOOO.. SUDAH SAATNYA BERGERAK!

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah org2 yg beruntung." (QS.Ali-Imran:104)

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan utk manusia, menyuruh kpd yg ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kpd ALLAH SWT." (QS.Ali Imran:110)

"Mereka beriman kepada ALLAH dan hari penghabisan, mereka menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan bersegera kpd pelbagai kebajikan. Mereka itu termasuk org2 yg sholeh. (QS.Ali Imran:114)

...Ia (nabi) menyuruh mereka mengerjakan yg ma'ruf dan melarang mereka mengerjakan yg munkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yg baik dan mengharamkan bagi mereka segala yg buruk...". (QS.Al-A'raf:157)

Dan org2 yg beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yg lain. Mereka menyuruh kpd yg ma;ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kpd ALLAH dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh ALLAH, sesungguhnya ALLAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah:71)

"(Org mu'min yaitu) org2 yg jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh kpd yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar, dan kepada ALLAH lah kembali segala urusan." (QS. Al-Hajj:41)

"(Luqman berkata) hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yg ma'ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar, dan sabarlah terhadap apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yg demikian itu termasuk hal-hal yg diwajibkan (oleh ALLAH)." (QS.Luqman:17)

TAK USAH ENGGAN, TAK USAH RAGU.. INILAH JANJI ALLAH...


تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Di tengah-tengah kalian terdapat masa kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Khilâfah ’alâ minhâj al-nubuwwah. (HR Ahmad).

MENJADI KELUARGA YASIR RA, MENJADI BILAL RA, TIDAK DIDAPATKAN DENGAN MEMELIHARA INDIVIDUALISME... TAK ADA ORANG SHOLEH PENGHUNI SURGA YG HANYA MEMENTINGKAN DIRINYA SENDIRI...

Rasulullah Saw bersabda:

من اصبح لايهتم بامورالمسلمين فليس متهم و من يسمع رجلا ينادي ياللمسلمين فلم يجبه فليس بمسلم

Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan tidak memikirkan urusan-urusan kaum Muslim, maka ia bukanlah seorang Muslim, dan barangsiapa yang mendengar teriakan seorang manusia yang berteriak: hai Muslimin, dan ia tidak menjawabnya, maka ia bukanlah seorang Muslim.(Ushul Kafi, jilid.2, hal.163).

Catatan Kecil Ayah dan Ibu

Ayahku pendiam,
Beliau jarang mengajakku bicara.
Bicara hanya seperlunya saja.
Ia jarang mencium pipiku..apalagi keningku…
Ayahku jarang marah,hobinya nonton pertandingan sepakbola yg aku tidak suka.kata ayah,anak laki laki harus suka sepakbola.buat aku sepakbola itu bikin capek,makanya aku ngga suka.
Ayahku pintar matematika,bisa main gitar.
Kata orang2 aku mirip sekali dengan ayah.

Ayahku tidak seperti ibu..


Ibuku cantik,bawel,cerewet,galak, suka marah marah kalo kecapean..
Ibu yg suka berteriak mirip ibu kost yg di film “kung fu hustle”..
Ibu yg suka menjewer telingaku jika aku berbuat nakal…
Ibu yg selalu mencium pipiku,keningku,membelai rambutku…
Ibu yg selalu memujiku jika aku mendapat nilai 100 disekolah..
Ibu yg selalu berterima kasih bila aku menyelesaikan tugasku belanja di warung,atau sekedar membereskan tempat tidurku…


Ibu yg selalu menangis jika aku sakit dan beliau bergegas mencari obat untuk sakitku..
Ibu yg selalu membantuku belajar setiap hari.menurutku ibu pintar bahasa inggris,kalo matematika ibu payah..!
Ibuku yg selalu menyiapkan makanan untuk kami,aku dan adik adikku..
Dan ibu akan marah jika kami tak mau makaan sayur atau makanan kami tidak dihabiskan…

Itu kisah orangtuaku..bagaimana orangtuamu?

Minggu, 04 November 2012

Pergerakan Mahasiswa, Mati Surikah?

   Mahasiswa adalah kaum terpelajar muda yang berada pada level tertinggi suatu proses pendidikan, dimana pada diri merekalah terdapat sebuah tumpuan harapan rakyat yang sangat besar. Peranan mahasiswa sesungguhnya sebagai individu-individu yang berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang atau golongan yang berusaha mengubah tradisi, dengan demikian akan terjadi perubahan tradisi yang lebih baik dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sejatinya Mahasiswa bergerak melalui mekanisme pendidikan aktif dan independensinya tidak dicemari oleh berbagai kepentingan sosio cultural politice yang bertentangan dengan kebutuhan rakyat. Maka muncullah pelaku pergerakan pembelaan rakyat yang sering diistilahkan dengan aktivis kampus.

    Aktivis kampus adalah mahasiswa yang mau berpikir, berjuang, dan bersedia menjadi pelaku perubahan yang mengarah pada perbaikan nasib bangsa dengan segenap kemauan dan kemampuan. Mereka bergerak di jalur politik dan aktivis imajiner atau apapun itu adalah bagian dari dunia kampus. Sebagai miniatur negara, kampus memang memiliki keragaman, baik dari aktivitas, pola pikir sampai dengan identitas. Dan dari perbedaan atau pluralitas itu kampus menjadi tempat lahirnya banyak pelaku perubahan yang kemudian berbaur dengan masyarakat.

Gerakan mahasiswa tampaknya memang sudah menjadi tuntutan zaman. Ia timbul tenggelam dalam pergolakan bangsa-bangsa yang ingin menata kehidupan demokrasinya secara lebih beradab antara lain dengan mengikut sertakan suara-suara kaum mudanya. Fenomena-fenomena gejolak mahasiswa di tanah air yang eskalasinya sangat luas ini, mengingatkan kita kembali pada sinyalemen seorang pengamat gerakan mahasiswa, Philip G. Albach, bahwa aktivitas kemahasiswaan di dunia ketiga tetap merupakan suatu faktor penting.
    Pentingnya peran mahasiswa ini layak kita garis-bawahi, tidak hanya terletak pada posisinya yang cenderung “elitis” sehingga membuat mereka merasa memiliki kedudukan istimewa dalam masyarakatnya. Tapi, juga berkaitan dengan struktur dan lembaga politik di negara-negara berkembang yang dinilai belum mapan, sehingga meniscayakan dampak langsung aktivitas mahasiswa atas politik. Dan juga yang paling utama adalah keterlibatan moral dalam proses politik bangsanya, untuk menemukan sebuah kebenaran yang diidam-idamkan rakyat, yang telah berusaha memulihkan kualitas kehidupan bangsanya. Bukan hanya kualitas hidup yang dicerminkan dalam hal-hal yang bersifat material, tapi yang terpenting juga kualitas demokrasi atau martabat manusia itu sendiri.
    Akan tetapi, banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka adalah kaum intelektual murni yang diharapkan masyarakat awam, karena dipandang bebas dari kepentingan politis elit tertentu, mereka tidak mengerti akan substansi dari Tri Darma Perguruan Tinngi itu sendiri. Sehingga sebagian diantaranya salah kaprah akan ke-eksistensian mereka sendiri sebagai agent of change, beranggapan bahwa kuliah hanya sebagai salah satu syarat utama untuk mencari kerja, juga mungkin hanya sebatas ikut trend global bahwa kuliah adalah suatu lifestyle anak muda masa kini dengan berbagai corak tingkah laku yang sebenarnya dapat menghancurkan identitas kemahasiswaan di mata masyarakat.
    Mahasiswa saat ini terjebak dengan pemikiran bahwa tugas intelektualitas mereka telah usai pasca reformasi 1998, dan hanya dapat membanggakan reformasi yang telah diperjuangkan oleh para pendahulunya. Mereka tidak bisa merawat dan minimal tidak mampu untuk mengontrol dinamika kehidupan ideal yang diharapkan dari reformasi. Ditambah dengan pola pendidikan praktis dan statis dimana mahasiswa hanya kuliah dengan cara mendengar dan mengikuti aturan baku yang diterapkan kampus, sehingga menghambat pola pikir dan kreatifitas mahasiswa, sejatinya mereka harus dinamis dan tidak dapat dikurung oleh aturan-aturan yang dapat membungkam suara murni dari pergerakan mahasiswa.
    Mahasiswa, kampus dan politik merupakan tiga entitas yang dapat saling berikatan. Di kampus, mahasiswa tidak hanya mengisi aktivitas dengan belajar. Mahasiswa dengan berbagai peran sosialnya dapat melakukan aktivitas-aktivitas sosial-politik. Aktivitas ini sekurang-kurangnya dapat dilihat pada fenomena pemerintahan mahasiswa sebagai wujud dari politik kampus. Sebagian kecil mahasiswa memilih menjadi aktivis kampus untuk bisa mewujudkan peran tersebut.
    Peran tersebut menjadi tantangan sulit bagi mereka yang belum berpengalaman sama sekali, sehingga seringkali terlihat rapuh dan berkembanglah stigma skeptis dari pemikiran mereka. Sedangkan yang sudah berpengalaman tidak mampu untuk merangkul semua elemen kampus karena beranggapan bahwa hanya dialah yang mampu untuk memimpin suatu pergerakan mahasiswa yang sesungguhnya, sehingga tidak mendapatkan kepercayaaan dari yang lain, hanya bergaul dengan orang-orang tertentu yang dianggap sepadan dengannya (elitis). Tidak pernah mau mendengarkan statement dari mahasiswa yang berada di luar komunitas mereka. Ditambah lagi dengan jumlah mereka yang tidak sampai 11% dari total mahasiswa per kampusnya, dukungan yang tidak didapatkan dari mahasiswa lainnya, skeptisisme tenaga pendidik kepada mereka, juga menjadi hal yang dapat membuat mereka kehilangan directly confidental. Realita bahwa ada hal yang dilupakan oleh aktivis kampus hari ini yakni kondisi teman-temannya yang lain, yang katakanlah non aktivis, dan anggapan bahwa non aktivis adalah apatis. Juga kurangnya peran dari kawan-kawan yang menamakan dirinya sebagai aktivis dengan embel-embel fungsinya untuk melakukan proses penyadaran terhadap mahasiswa lain untuk berjuang membela rakyat secara bersama-sama. Hal tersebutlah yang menjadikan mahasiswa terpecah belah, kemudian terjadi evolusi penyekatan dan pengotakan yang berakibat pada tidak terjadinya harmonisasi di kampus. Pengkotakan komunitas ini akhirnya menjadi semakin kuat. Masing-masing komunitas saling mengklaim bahwa ideologi merekalah yang tepat untuk diperjuangkan dan diterapkan dalam perkembangan masyarakat banyak. Sehingga mereka terjebak dalam sebuah kerangka pemikiran yang menempatkan manusia sebagai objek, bukan lagi sebagai subjek.

Statement inilah yang tanpa disadari mengikis kemurnian perjuangan intelektual mereka. Seringkali pada realitanya pergerakan mereka hanya untuk menunjukan eksistensi komunitas mereka saja di muka khalayak ramai dengan mengatasnamakan rakyat. Pergerakan ini seringkali tidak tahu apa yang seharusnya diperjuangkan, mereka tidak mampu menganalisis problema kehidupan sosial kultural politik yang terjadi dalam masyarakat, tanpa tedeng aling-aling langsung mengadakan aksi atas nama pembelaan terhadap rakyat, padahal dengan aksi merekalah masyarakat kehilangan something of trusting kepada mereka. Masyarakat dibuat bingung dengan aksi pembelaan mereka, pembelaan yang seharusnya ditujukan kepada masyarakat, malah tidak sesuai pada tempatnya. Jauh melenceng dari kesesuaian kebijakan dengan kebutuhan rakyat.

Yang lebih ironis, ada pergerakan atas permintaan elit tertentu untuk memprotes suatu kebijakan yang merugikan kaum elit tersebut, menggunakan mahasiswa sebagai alat bantu penentang kebijakan yang seolah-olah nantinya dipandang masyarakat sebagai kebutuhan rakyat karena diperjuangkan oleh mahasiswa. Mahasiswa tersebut nantinya mendapatkan imbalan tertentu atas aksi yang telah dilakukan. Pergerakan mahasiswa seperti ini tidak seharusnya diacungkan jempol, mereka berteriak-teriak lantang atas nama pembelaan rakyat, akan tetapi dibalik itu terdapat kepentingan elit tertentu, sebenarnya hal ini tidaklah membentuk mental pejuang intelektual pembela rakyat yang sejati, tapi membentuk mental-mental penjilat yang merusak moral masyarakat sendiri.

    Perpecahan mahasiswa juga sangat terasa ketika saat pemilihan ketua sebuah lembaga kemahasiswaan, apakah pada level universitas, fakultas dan bahkan pada level jurusan/program study sekalipun. Dapat dilihat dimana kandidat A menjadi pesaing ketat kandidat B dan seterusnya, berbagai ideologi dan strategi komunikasi aktif dikembangkan dan diterapkan dengan berbagai cara, termasuk permainan curang sekalipun. Pasca pemilihan, kandidat terpilih hanya menempatkan orang-orang yang telah membantunya pada saat kampanye, dan hanya yang se-ideologi dengannya yang dimasukkan dalam struktur kepengurusan kabinetnya. 

   Yang berada di luar garis komunitas ideologinya tidak boleh mendekati kepengurusan yang dipaksakan ini, sehingga menempatkan orang-orang non qualified untuk mengatur sirkulasi perjuangan mahasiswa yang seutuhnya. Hal inilah kemudian yang membuat lembaga kemahasiswaan tidak mampu mengakomodasi aspirasi mahasiswa dan masyarakat, sehingga kehilangan jati diri dan kepercayaan dari mahasiswa lainnya.

    Sudah saatnya aktivis merubah pola pikir, merubah paradigma statis bahwa aktivis tidak lagi mampu menjadi pembela rakyat. Aktivis sekarang harus menjadi pilar intelektual terhadap problema rakyat. Serta bersih dari kepentingan politis elit atas. Sebelum ke dunia luas, sejatinya harus menyelesaikan problem yang berada dalam lingkungan kampus terlebih dahulu, membebaskan mahasiswa dari jeratan aturan yang merugikan eksistensi mahasiswa. Ini memang sangat ironis, tapi tidak akan menjadi beban ketika yang diperjuangkan adalah kepentingan bersama, dalam artian kaum aktivis tersebut ikut memperjuangkan kepentingan mahasiwa yang terkesan apatis secara konkrit, yang notabene tidak berani bicara dan bertindak walaupun pada dasarnya mereka juga ikut merasakannya. 

   Aksi untuk kepentingan bersama adalah langkah mulia, yang pasti akan ada yang mendukung, walaupun kebanyakan hanya dalam hati. Yang pasti posisi mahasiswa sebagai jangkar dan oposisi yang selalu mengambil garis tegas terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang terhadap rakyat, baik kampus maupun masyarakat luas harus tetap dijaga.

    Kita yakin kultur yang baik tak mungkin dibina dengan cara-cara manipulatif dan kotor seperti yang sering kita dengar kalau orang-orang tengah mengecam strategi politik. Mungkin yang harus kita jawab lebih dahulu, apakah perjuangan moral aktivis saat ini benar-benar bisa mempertahankan kemurniannya dari berbagai corak intervensi atau luput dari kepentingan pihak-pihak tertentu? Setelah perjuangannya berhasil, apakah mereka bisa menghindarkan diri dari sikap-sikap easy going, arogansi, sikap membusungkan dada, kekerasan, brutalisme, radikalisme, seperti yang sering kita dengar dari orang-orang yang tidak setuju dengan aksi perjuangan mahasiswa ataupun dari geliat kaum oportunis dan pragmatis yang senantiasa membonceng di balik rintihan anak zamannya?

    Dalam gerakan mahasiswa, apalagi jika berpretensi sebagai gerakan moral, bukanlah ukuran kalah atau menang, atau kuat dan lemah, tapi kebenaran yang menjadi perhitungan. Yang menjadi fokus haruslah tetap isu yang mereka kumandangkan, yaitu isu monumental yang harus segera diperjuangkan secara bersama-sama tanpa perpecahan konsep yang berarti. Seandainya pun tidak berhasil, gerakan aktivis mahasiswa akan tetap dikenang sebagai hati nurani zamannya, asalkan mereka tetap pada jalur tanpa kekerasan. Bagi pergerakan mahasiswa tanpa kekerasan, pemisahan gerakan moral dan gerakan politik tidak lagi relevan, karena moral harus juga diperjuangkan secara politik, dan aksi pergerakan politik aktivis mahasiswa harus dijalankan dengan prinsip moral. Semoga gelar aktivis bukan dimaknai sebagai suatu status sosial yang perlu dibanggakan, tapi menjadi sebuah posisi yang harus bisa dipertanggung jawabkan. Perjuangan adalah kenyataan, dan kenyataan yang akan mengantarkan perjuangan kita.

Jumat, 02 November 2012

ANTARA KUASA PEJABAT DAN PARTISIPASI RAKYAT

Kekuasaan itu jelas amanah dari Tuhan. Tapi dalam pemerintahan dengan sistem monarki absolut, kekuasaan sepenuhnya milik raja yang diberikan Tuhan kepadanya (devine right of kings). Oleh karena itu ia bisa menggunakan kekuasaan itu sesuka hatinya. Ia tidak dapat dibantah karena titahnya adalah ‘firman’ Tuhan . Terkenal misalnya ucapan Raja Louis XVI dari Perancis yang mengatakan l’etat cest moi (negara itu adalah saya). Apa pun yang dilakukannya ia tidak dapat disalahkan karena the king can do no wrong (raja tidak bisa berbuat salah). Dalam faham demokrasi, kekuasaan itu milik rakyat. Dalam menjalankan kekuasaan itu mereka mendelegasikannya kepada sekelompok orang yang mereka pilih.

Sedangkan, bagi Islam, kekuasaan itu adalah milik Allah (QS 3:26 ) dan guna mengatur bumi ini Ia mengamanahkan kekuasaan itu kepada manusia. Pada mulanya Ia menawarkan amanah itu kepada langit, bumi dan gunung- gunung akan tetapi mereka enggan memikulnya. Ketika ditawarkan kepada manusia mereka menerimanya dan atas penerimaan itu Tuhan menilai mereka sebagai bodoh (QS 33:72 ) karena dengan demikian mereka harus memikul tanggungjawab. Makhluk lain tidak memiliki tangggunhgjawab itu. Guna menjalankan amanah itu Tuhan mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya (QS 2:30). Sebelumnya Tuhan menciptakan segala yang ada di bumi untuk manusia (QS 2:29) sebagai sarana dalam melaksanakan tugas kekhalifahan itu. Namun demikian, kekuasaan mutlak tetap berada di tangan Tuhan dan oleh karena itu kekuasaan manusia bersifat nisbi (relatif). Artinya, manusia, secara keseluruhan, bertanggungjawab kepada Tuhan atas pelaksanaan amanah-Nya itu..

 

Manusia; Pengemban Amanah Tuhan

Tanggungjawab kepada Tuhan itu disebut tanggungjawab keagamaan (syar’iyah). Dalam konteks inilah sebuah hadis Nabi yang begitu popular harus difahami. Bagian awal hadis itu berbunyi “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…” Berdasarkan hadits itu, tak seorang pun yang bebas dari tanggungjawab bahkan termasuk pembantu rumah tangga yang harus bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan majikannya dalam menjaga harta milik majikannya itu. Namun dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan kemasyarakatan dan kenegaraan, tidaklah mungkin semua orang secara bersama-sama menangani urusan itu. Maka mereka mempercayakan pelaksanaan urusan itu kepada orang lain. Semua pengemban urusan itu, mulai dari yang paling rendah (misalnya Ketua RT) sampai yang paling tinggi ( presiden), bertanggungjawab kepada rakyat sebagai pengemban amanah Tuhan. Termasuk juga mereka yang berkiprah di bidang legislatif dan yudikatif. Jadi, seorang pejabat beragama Islam, memikul tanggungjawab ganda: tanggungjawab kepada rakyat –sebut saja tanggungjawab publik—dan tanggungjawab kepada Tuhan (tanggungjawab keagamaan).

Dalam menjalankan tanggungjawab publiknya, seorang pejabat harus mematuhi berbagai peraturan-perundangan yang kita sebut hukum positif. Mereka yang melanggar dikenai sanksi misalnya penurunan pangkat, pemecatan atau penjeblosan ke dalam penjara. Sementara dalam menjalankan tanggungjawab keagamaan, seseorang wajib berpegang teguh pada hukum agama. Pelanggaran atas hukum agama itu digolongkan ke dalam perbuatan zalim dan akan mendapat sanksi dari Tuhan.

Semua kita tahu bahwa sistem reward (ganjaran) and punishment (hukuman) digunakan Tuhan dalam menilai perbuatan hamba-Nya termasuk mereka yang disebut pemimpin. Dalam sebuah hadis, Nabi menegaskan bahwa pemimpin yang adil, yaitu mereka yang dalam menjalankan kekuasaannya berpegang teguh pada hukum-hukum agama, termasuk salah satu dari tujuh kelompok hamba Tuhan yang di akhirat kelak akan diberi perlindungan. Akan tetapi dalam kehidupan duniawi yang kini cenderung materialistik, terdapat orang- orang yang mengalami erosi iman dengan mengambil jurus aji mumpung. Mumpung lagi berkuasa, rauplah kekayaan sebanyak mungkin, meski melalui cara yang tidak halal. Soal dosa, itu urusan belakangan. Na’uzubillah!

Ironi Partisipasi Rakyat

Kata rakyat seolah menjadi mantera sakral yang selalu dilafalkan sebagai pusaka ampuh untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Kendatipun tidak pernah jelas benar tentang siapakah sesungguhnya rakyat itu, menyebut kata rakyat bisa bermakna sakti karena merekalah pemilik sah kehidupan ini. Di sisi lain, kata rakyat juga bisa bermakna ganda, sebagai objek penderita sekaligus sebagai sumber legitimasi bagi pelaku kuasa.
Dalam makna yang pertama, rakyat biasanya identik dengan mereka yang tertindas, terpinggirkan dan selalu menjadi korban dari kebijakan pemerintah. Hal ini tentu sangat kontradiktif dengan makna rakyat dalam kaitannya dengan pelaku kuasa. Dalam posisinya yang seringkali terlupakan itu, rakyat  muncul sebagai sumber suara yang menentukan langkah pelaku kuasa. Kita kemudian mengenal jargon-jargon populer: suara rakyat adalah suara tuhan, pemerintah oleh, dari dan untuk rakyat, rakyat kuasa dan sejenisnya.

Kita pasti sepakat bahwa setiap kebijakan harus sesuai dengan aspirasi rakyat. Menjadi aneh bila sekelompok orang yang tidak setuju dengan sebuah usulan kebijakan tiba-tiba mengatakan bahwa usulan kebijakan itu tidak sesuai aspirasi rakyat. Lebih aneh lagi jika ada segelintir pemimpin yang merasa paling mewakili suara rakyat.

Bagaimanakah metode atau cara yang tepat untuk memahami kehendak rakyat bukanlah perkara sederhana. Dalam teori pilihan rasional (rational choice theory) dikenal adanya preferensi-preferensi atau keinginan  paling dominan yang muncul dari warga masyarakat. Ketika ditanya tentang apa yang paling diinginkan, sekelompok warga mungkin akan mengatakan mereka ingin di daerahnya dibangun pasar, sementara yang lain menginginkan adanya sekolah atau puskesmas atau bahkan pabrik elektronik yang bisa menyerap tenaga kerja. Pilihan-pilihan tersebut tentulah didasarkan pada alasan rasional masing-masing. Karena itu dibutuhkan mekanisme dan keahlian untuk menentukan, pilihan kebijakan apakah yang paling tepat dilakukan sesuai dengan preferensi warga masyarakat.
Sebuah usulan kebijakan yang disusun berdasarkan masukan dari proses penjaringan aspirasi masyarakat, dengan demikian tidak bisa begitu saja dianggap tidak mewakili aspirasi rakyat, semata-mata karena tidak sesuai dengan keinginan sekelompok elite dengan kepentingan tertentu. Tentu saja usulan kebijakan tersebut juga tidak bisa dianggap mutlak mewakili seratus persen keinginan rakyat. Itu semua terjadi karena proses dan metode dalam memahami dan menyerap aspirasi rakyat sangat berpengaruh terhadap hasil berupa usulan  kebijakan tersebut. Secara umum dikenal tiga metode untuk memahami aspirasi rakyat, berdasar luas lingkup ruang partisipasi, jenis komunikasi dan relevansi antara aspirasi dengan kebijakan (Archon Fung, 2006).
Pertama, luas lingkup partisipasi akan menentukan siapa saja yang berhak menyalurkan aspirasinya untuk mempengaruhi sebuah kebijakan. Terdapat lima model dasar yang membedakan luasnya ruang partisipasi bagi penyaluran aspirasi rakyat. Kesatu, adalah self selected, yaitu mekanisme yang sepenuhnya membebaskan masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya atau tidak. Kedua, melalui rekrutmen terseleksi, yaitu hanya orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan saja yang memiliki hak untuk menyalurkan aspirasinya dalam proses pembuatan kebijakan. Ketiga, random selection yang juga sering dikenal dengan teknik polling, yaitu penyerapan aspirasi masyarakat dengan memilih secara acak.
Keempat
adalah lay stakeholders, yaitu proses penyerapan aspirasi yang melibatkan beberapa warga negara yang rela bekerja tanpa dibayar. Sekelompok warga diberi kepercayaan untuk memikirkan atau menangani suatu kebijakan tertentu. Sedangkan yang kelima adalah professional stakeholders,  yaitu pembuatan kebijakan publik yang melibatkan tenaga-tenaga profesional yang digaji atau diberi honorarium.  Asumsinya, tenaga-tenaga profesional ini memiliki kapasitas menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Metode kedua adalah dengan melihat jenis komunikasi yang terjadi antara pemerintah dengan warganya, apakah satu arah atau timbal balik. Model komunikasi timbal balik memberikan ruang yang lebih luas bagi proses penyerapan aspirasi yang lebih berkualitas. Sementara metode ketiga adalah dengan melihat relevansi antara perkembangan aspirasi dengan substansi kebijakan. Semakin relevan produk kebijakan  yang dihasilkan dengan persoalan riil yang berkembang di masyarakat, maka proses penyerapan aspirasi yang terjadi di masyarakat bisa dikatakan semakin berkualitas.
Terlepas dari ketiga metode di atas, kita diingatkan bahwa peningkatan kualitas partisipasi rakyat menjadi agenda penting yang harus disiapkan dalam proses penyusunan kebijakan. Perlu dipikirkan adanya mekanisme paling efisien yang mampu menjamin sebanyak mungkin warga masyarakat bisa memberikan pendapatnya dalam proses perumusan kebijakan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi jika proses politik yang dijalankan oleh wakil-wakil politik pada suatu saat mengalami defisiensi atau penurunan kualitas. Sebagaimana kita ketahui, wakil-wakil politik formal tidak sedikit yang memiliki kekurangan pada sisi kapasitas, kepentingan, pengetahuan, pengalaman dan lain-lainnya. Demikian juga, pemimpin-pemimpin formal baik yang dipilih maupun diangkat seringkali sudah mengalami proses penurunan sensitivitas terhadap kebutuhan rakyatnya. Jadi, marilah kita bersama-sama memahami aspirasi rakyat secara baik.