Welcome in Rasyid Blog

Membaca Adalah cara dimana dunia ada pada genggaman anda..
Jadi Teruslah membaca..
Semoga dapat bermanfaat bagi anda..

A-CHIED ANGKOTASAN

Senin, 26 November 2012

ENGGINER COPY PASTE



Diceritakan tentang seorang pria kerdil yang ikut menyaksikan sebuah opera di sebuah panggung  terbuka. Panggung tersebut dipenuhi banyak orang, sampai-sampai seorang penonton yang kerdil tak dapat menyaksikan pertunjukan. Anehnya, ia selalu ikut tertawa, tepuk tangan, dan lain sebagainya  seperti dilakukan oleh penonton yang dapat menyaksikan pertunjukkan secara langsung. Setelah petunjukkan selesai, usut punyai usut, ternyata orang kerdil itu sama sekali tidak mengerti cerita yang dipentaskan tadi. Ia hanya ikut-ikutan perilaku penonton lain. Langkah tersebut ia tempuh lantaran khawatir dicemooh tidak mengerti jalannya petunjukkan.

Kisah orang kerdil menonton opera (Andrew Ho, 2008) ini tepat untuk melukiskan seseorang engineer yang tidak memahami, tidak mengerti bidang engineering yang diembannya, tetapi berlagak seolah-olah sangat paham akan disiplin ilmunya dengan cara meniru atau disebut dengan ”duplikasi”. Tipe manusia kerdil yang sekedar memanfaatkan gelar kesarjanaan untuk mengelabuhi orang banyak dalam melaksanakan banyak proyek seperti ini, dapat kita sebut dengan ”Engineer Copy Paste”.

Tidak sedikit sarjana copy paste tipe manusia kerdil menonton opera ini berpraktek, lebih dari itu bahkan manusia tipe ini dengan kehebatan meniru tanpa perhitunganlah yang banyak menguasahi dunia bisnis diberbagai bidang. Misalnya, tidak sedikt dunia Jasa Kontruksi di daerah kita telah dikuasai engineer-engineer tipe ini. Dalam hal merancang bangunan konstruksi bangunan mereka meng-copi paste desain struktur bangunan lain, menciplak hasil karya orang lain tanpa rasa tanggungjawab akan bahaya kegagalan struktur,  atau malahan sebaliknya terjadi over dosis biaya struktur bangunan karena sekedar meniru tanpa perhitungan.

Dibidang pengawasan atau supervisi tipe engineer copy paste akan berlagak sebagai pengawas yang serba tahu, bertindak seperti ”Cowboy” kehilangan pistol. Mereka tidak mengawasi jalannya pembangunan proyek dengan baik, malahan tidak segan-segan mengancam minta bangunan yang telah dibangun untuk dibongkar kembali karena ulahnya jua. Tanpa disadari engineer copy paste inilah akan merusak nama dan keprofesionalan rekan engeneer-engineer lainya, yang mau bekerja keras kompeten pada bidangnya.

Coba lihat disekitar kita, coba ingat-ingat. Bila kita dengar gelar ”Insinyur” bangunan pada tahun 80-an di Pekanbaru,  terbayanglah seseorang yang ahli, pakar, serba bisa dan dapat dipastikan profesinya adalah dalam bidang hal rancang bangun. Pada saat itu jarang-jarang bahkan sulit menemui orang yang bertitel insinyur, karena gelar ini memang susah diperoleh (ada yang sampai memakan waktu belasan tahun) dan kebanyakan mereka yang bertitel insinyur pun memang benar-benar tahan uji.

Saat ini, banyak yang bergelar sarjana teknik  profesinya tidak lagi berkecimpung dibidang rancang bangun. Mereka berprofesi juru ketik, pedagang (buka kedai), dan menekuni bidang-bidang bisnis lainya. Yang hebatnya lagi, banyak  sarjana teknik berprofesi sebagai juru jiplak-menciplak dalam urusan rancang bangun.

Sering dijumpai rancangan-rancangan struktur bangunan gedung bertingkat yang prototip seperti pelat lantai, balok lantai (floor beam), kolom dan pondasi. Padahal struktur balok dan kolom hampir tidak pernah ada yang prototip satu gedung dengan gedung lainnya, karena besar dimensi pelat, balok dan kolom disamping tergantung beban juga tergantung bentang serta mutu material struktur bangunannya. Apalagi struktur pondasi, sangatlah mengherankan apabila ada struktur pondasi yang benar-benar prototip antara satu bangunan dengan bangunan lainnya. Dimensi struktur pondasi bukan hanya ditentukan oleh beban, bentang, dan mutu struktur saja, tetapi lebih dari itu dimensi pondasi juga sangat ditentukan oleh tanah dasar pendukung yang sangat heterogen sekali.

Apabila rancang-bangun ditangani oleh engineer copy paste, ini alamat kehancuran akan segera datang. Bukan hanya pemborosan dan kehancuran bangunan saja yang terjadi, tetapi lebih dari itu, bisa menelan korban jiwa manusia. Sebaiknya, engineer copy paste ini segera menghentikan mal prakteknya, karena bukan hanya terjadi kerugian pada orang lain, tetapi juga diri sendiri.

Engineer copy paste biasanya berasal dari mahasiswa copy paste pada saat mereka menuntut ilmu di perguruan tinggi. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap mahasiswa yang menuntut ilmu cenderung ingin cepat selesai, dengan cara yang mudah untuk mengdapatkan hasil yang maksimal. Tak bisa dipungkiri juga bahwa kebanyakan mahasiswa pun mempergunakan ilmu pandai-pandai, membuat tugas dengan  meminjam file (soft copy) kawananya. Cukup dengan copy paste dan sedikit diedit,  hanya mengganti obyeknya saja agar tugas dapat diselesaikan. Bukankah begitu, hai ”mahasiswa”?

Pengalaman penulis selama bertahun-tahun membimbing tugas akhir mahasiswa teknik sipil menemukan bahwa dalam menyusun tugas akhir, tak jarang ilmu copy paste ini digunakan oleh mahasiswa yang  malas berfikir, enggan bekerja keras. Copy paste digunakan sebagai jurus utama yang paling ampuh dalam melakukan penelitiannya dan membohongi publik. Sehingga selalu mencari judul-judul yang sudah ada contohnya dan lengkap dengan soft copy-nya, agar dapat mereka edit hanya obyek penelitian saja. Sering terjadi bila lokasi penelitian dalam tugas akhirnya adalah di Kota Pekanbaru,  masih berlokasikan di kota lain karena lupa diedit. Sehingga menghasilkan sebuah tugas akhir copy paste yang serba cepat dan isinya yang tak dipahami oleh si-mahasiswa peneliti sendiri.
Hebat, bukan?

Melalui artikel ini kita berharap bisa menghilangkan kebiasaan buruk copy paste yang ada disekitar kita.  Karena mal praktek ini tidak hanya merusak kopentensi juga melanggar Hak Intelektual orang lain (HAKI). Semoga kita semua bisa membuang kebiasaan jelek copy paste itu, tidak seperti Pria kerdil yang sedang menonton opera, semoga. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar